Minggu, 30 Maret 2008

Pembinaan Remaja

Pembinaan Remaja Melalui Masjid

Sebagaimana telah difahami, bahwa dalam perkembangannya manusia akan melewati masa remaja. Remaja adalah anak manusia yang sedang tumbuh selepas masa anak-anak menjelang dewasa. Dalam masa ini tubuhnya berkembang sedemikian pesat dan terjadi perubahan-perubahan dalam wujud fisik dan psikis. Badannya tumbuh berkembang menunjukkan tanda-tanda orang dewasa, perilaku sosialnya berubah semakin menyadari keberadaan dirinya, ingin diakui, dan berkembang pemikiran maupun wawasannya secara lebih luas. Mungkin kalau kita perkirakan umur remaja berkisar antara 13 tahun sampai dengan 25 tahun. Pembatasan umur ini tidak mutlak, dan masih bisa diperdebatkan.

Masa remaja adalah saat-saat pembentukan pribadi, dimana lingkungan sangat berperan. Kalau kita perhatikan ada empat faktor lingkungan yang mempengaruhi remaja:


1. Lingkungan keluarga.

Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja. Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik dan contoh tauladan dalam keluarga -khususnya orang tua- akan sangat memberi bekasan yang luar biasa. Dalam keluarga yang bahagia dan sejahtera serta memiliki tauladan keislaman yang baik dari orang tua, insya Allah, remaja akan tumbuh dengan rasa aman, berakhlak mulia, sopan-santun dan taat melaksanakan ajaran agamanya. Sebaliknya, dalam keluarga yang kurang harmonis, keteladanan orang tua tidak ada dan kering dari kehidupan yang islami, maka anak remaja akan semakin mudah untuk tumbuh menyimpang.

Selain pendidikan agama, remaja juga memerlukan komunikasi yang baik dengan orang tua, karena ia ingin dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan-keluhannya. Dalam masalah ini, diperlukan orang tua yang dapat bersikap tegas, namun akrab (friendly). Mereka harus bisa bersikap sebagai orang tua, guru dan sekaligus kawan. Dalam mendidik anak dilakukan dengan cara yang masuk akal (logis), mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, melakukan pendekatan persuasif dan memberikan perhatian yang cukup. Semua itu tidak lain, karena remaja sekarang semakin kritis dan wawasannya berkembang lebih cepat akibat arus informasi dan globalisasi.


2. Lingkungan sekolah.

Sekolah adalah rumah kedua, tempat remaja memperoleh pendidikan formal, dididik dan diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan inilah remaja belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah menginjak perguruan tinggi, nampak sekali perubahan perkembangan intelektualitasnya. Tidak hanya sekedar menerima dari para pengajar, tetapi mereka juga berfikir kritis atas pelajaran yang diterima dan mampu beradu argumen dengan pengajarnya.

Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru yang arif bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan maju, memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan. Prof. Dr. Zakiah Daradjat mengungkapkan bahwa: “Guru menempati tempat istimewa di dalam kehidupan sebagian besar remaja. Guru adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengan remaja. Dalam pandangan remaja, guru merupakan cerminan dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai contoh dari masyarakat secara keseluruhan. Dan remaja menyangka bahwa semua orang tua, kecuali orang tua mereka, berfikir seperti berfikirnya guru-guru mereka “. 1)


3. Lingkungan teman pergaulan.

Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Dalam kaitannya dengan pengaruh kelompok sebaya, Prof. Dr. Zakiah Daradjat menyatakan: “Kelompok sebaya (peer groups) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja, dan bagi persiapan diri di masa mendatang. Serta berpengaruh pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya”. 2)

Karena itu, dalam menghadapi faktor lingkungan teman pergaulan, remaja harus diarahkan dan dibina. Keberadaan wadah-wadah pembinaan remaja -misalnya: Remaja Masjid- semakin mendesak untuk dihadirkan. Remaja Masjid di harapkan mampu memberi lingkungan pergaulan yang islami bagi remaja-remaja muslim. Mereka bergaul, bermain, berorganisasi dan mengembangkan kreativitas dan kepribadiannya dalam nuansa-nuansa Islam. Mereka secara langsung maupun tidak langsung sudah terkader untuk menda’wahkan Islam, sehingga menjadi generasi muda muslim yang siap menerima amanah dalam mensyi’arkan Islam.


4. Lingkungan dunia luar.

Merupakan lingkungan remaja selain keluarga, sekolah dan teman pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global. Lingkungan dunia luar akan memperngaruhi remaja, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik itu benar maupun salah, baik itu islami maupun tidak. Lingkungan dunia luar semakin besar pengaruhnya disebabkan oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, transportasi, informasi maupun globalisasi.

Saat ini, virus “American dream”, yaitu kecenderungan sebagian warga Amerika untuk hidup terkenal (populer), sedang mewabah dunia. Mereka melakukan segala cara. Yang punya kelebihan, dia manfaatkan kelebihannya, sedang yang tidak punya kelebihan, pokoknya asal “tampil beda”, agar diekspos oleh mass media, sehingga mereka menjadi terkenal. Akibatnya, dunia dilanda budaya riya’ atau pamer, yaitu budaya ingin dipuji, dikagumi dan dianggap top oleh orang lain; budaya menonjolkan diri dengan cara apapun. Sehingga banyak kita jumpai orang-orang yang berperilaku aneh-aneh, berusaha agar menjadi pusat perhatian. Sebagai contoh, misalnya di kalangan remaja yang sudah terjangkiti, kita jumpai remaja yang berdandan model punk, yang tidak lain merupakan cerminan dari sikap riya’ itu tadi. Celakanya, sikap-sikap yang demikian itu mudah sekali untuk ditiru oleh remaja.

Namun, perkembangan global akhir abad dua puluh ini juga membawa angin perubahan positip. Masyarakat dunia semakin peduli terhadap kehidupan yang religius, terutama di lingkungan umat Islam. Semenjak dicanangkannya abad ke-15 Hijriyyah sebagai abad kebangkitan Islam, proses islamisasi semakin menampakkan hasilnya. Fenomena kebangkitan Islam dapat kita lihat dimana-mana, seperti misalnya: maraknya upaya untuk memakmurkan Masjid, penggunaan jilbab di kalangan muslimat, pertumbuhan bank Islam, peningkatan kuantitas umat Islam di Eropa dan Amerika yang cukup cepat, konferensi-konferensi keislaman dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja cukup menggembirakan dalam kaitannya dengan upaya menghadirkan lingkungan yang lebih islami bagi remaja.

Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri, sehingga kita jumpai remaja berusaha menonjolkan identitas pribadi atau kelompoknya. Peniruan terhadap figur-figur tertentu dan menemukan tokoh-tokoh idola yang digandrungi, seperti guru, ulama, pahlawan, bintang film atau penyanyi dan lain sebagainya, merupakan salah satu bentuk pencarian itu. Dalam beberapa kejadian, dapat kita temukan penyimpangan dari upaya pernyataan identitas diri, dimana kita temukan adanya kelompok remaja yang membentuk kelompok (gang) dengan menonjolkan aktivitas penggunaan narkotika, minuman keras, kebut-kebutan, perkelahian pelajar bahkan free seks, naudzubillaahi mindzalik.

Dalam menemukan identitas diri, remaja banyak mendapat informasi, baik dari media cetak, dengar maupun audio visual, seperti: koran, majalah, radio, televisi, Bioskop, VCD, DVD dan internet. Berkaitan dengan televisi, sampai saat ini televisi masih dituduh sebagai salah satu penyebab perilaku menyimpang remaja. Hal ini dikarenakan banyak tayangan televisi yang mendorong perilaku menyimpang remaja, khususnya TV swasta, banyak yang tidak lagi mengindahkan moral dan etika religius. Jurnal FOKUS edisi no. 70, th. 1996 menyebutkan: “Mengikuti arus deras Hollywood, film-film yang diputar TV swasta adalah film-film yang sepenuhnya selera Amerika. Celakanya lagi belakangan terdapat sejumlah opera sabun. Selain menampilkan (paling tidak mengesankan) adegan kumpul kebo, film-film demikian tidak memiliki tokoh-tokoh berbudi baik yang dapat ditiru. Artinya, tidak ada yang bisa dipelajari -apalagi dicontoh- oleh anak-anak dari opera-opera sabun tersebut. Contoh film yang demikian adalah Melrose Place dan Beverly Hills”.

Tayangan negatif bukan hanya berasal dari Hollywood saja. Tayangan-tayangan dari Ballywood (India), Amerika Latin, Hong Kong dan produksi lokal juga banyak yang tidak kalah negatifnya. Bahkan di era reformasi ini -setelah kejatuhan orde baru-, dunia pertelevisian Indonesia marak dengan dengan tayangan-tayangan berbau pornografi yang melecehkan wanita, gosip yang menyebarkan ghibah dan fitnah maupun mistik yang mengarah pada kemusyrikan. Juga tidak kalah berbahayanya, adalah maraknya penjualan VCD porno di pasaran gelap, bahkan ada yang terang-terangan. Semuanya itu, menunjukkan perlunya Indonesia memiliki Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi.

Sekarang ini, dunia maya (internet) telah menjadi lingkungan luar tersendiri bagi umat manusia, tak terkecuali bagi remaja. Melalui internet, banyak hal positif dan negatif dapat mempengaruhi remaja. Berbagai situs website dimunculkan, bermacam informasi dihadirkan, berbagai kemudahan ditawarkan dan berbagai pengaruh aneka warna pergaulan, bangsa, ide, komunitas dan lain sebagainya dapat merambah kehidupan remaja. Masuk melalui layar komputer, mempengaruhi kehidupan mereka dan muncul dalam aneka perilaku.

Sebenarnya, lingkungan yang dibutuhkan oleh remaja adalah lingkungan yang islami, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, teman pergaulan maupun dunia luar. Lingkungan yang mendukung perkembangan imaji mereka secara positif dan menuntun mereka pada kepribadian yang benar. Lingkungan yang islami akan memberi kemudahan dalam pembinaan remaja. Pembinaan remaja dalam Islam bertujuan agar remaja tersebut menjadi anak yang shalih; yaitu anak yang baik, beriman, berilmu, berketerampilan dan berakhlak mulia. Anak yang shalih adalah dambaan setiap orangtua muslim yang taat. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Apabila anak Adam mati, maka semua amalnya terputus, kecuali tiga: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendoakannya”. (HR. Muslim). 3)

Untuk membina remaja bisa dilakukan dengan berbagai cara dan sarana, salah satunya melalui Remaja Masjid. Yaitu suatu organisasi atau wadah perkumpulan remaja muslim yang menggunakan Masjid sebagai pusat aktivitas. Remaja Masjid merupakan salah satu alternatif pembinaan remaja yang terbaik. Melalui organisasi ini, mereka memperoleh lingkungan yang islami serta dapat mengembangkan kreatitivitas.

Remaja Masjid merupakan bentuk aktivitas yang sedang tumbuh dan berkembang, namun kehadirannya tidaklah muncul begitu saja. Berawal dari usaha-usaha menyelenggarakan kegiatan kemasjidan, lalu timbul kesadaran perlunya organisasi yang permanen, dan akhirnya dibentuklah Remaja Masjid. Saat ini, Remaja Masjid telah menjadi salah satu wadah favorit kegiatan remaja muslim. Umumnya di kota-kota besar dapat dijumpai. Meskipun masih ada hambatan atas keberadaannya, namun secara umum masyarakat sudah semakin lebih bisa menerima kehadirannya.

Remaja Masjid telah menjadi fenomena bagi kegairahan para remaja muslim dalam mengkaji dan menda'wahkan Islam di Indonesia. Sebenarnya, da’wah Islam yang dilakukan generasi muda bukanlah hal yang baru, Allah subhanhu wa ta’ala memberitahukan perjuangan mereka dalam Al Quraan.

“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran".” (QS 18:13-14, Al Kahfi)

Remaja Masjid membina para anggotanya agar beriman, berilmu dan beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk mencapai keridlaan-Nya. Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka program yang selanjunya ditindaklanjuti dengan berbagai aktivitas. Remaja Masjid yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara terstruktur dan terencana. Mereka menyusun Program Kerja periodik dan melakukan berbagai aktivitas yang berorientasi pada:

1. Keislaman.
Meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan pemahaman tentang Islam secara lebih luas dan mendalam. Diikuti dengan aktivitas da’wah islamiyyah, yang dilakukan secara sistematis dan dapat diterima anggota dan masyarakat pada umumnya.

2. Kemasjidan.
Menjadikan Masjid sebagai pusat aktivitas sebagai bentuk implementasi dari reaktualisasi fungsi dan peran Masjid dalam kehidupan masyarakat Islam.

3. Keremajaan.
Menjadikan remaja muslim sebagai menjadi subyek organisasi dan sekaligus menjadi obyek da’wah.

4. Keterampilan.
Belajar, berlatih dan mempraktekan keterampilan, baik keterampilan teknis, kemanusiaan maupun konsepsional.

5. Keilmuan.
Memperdalam ilmu pengetahuan secara luas, baik yang berkaitan dengan Islam secara langsung maupun ilmu-ilmu umum, seperti: ekonomi, politik, sosial, budaya, seni, teknologi dan lain sebagainya.

Mereka juga melakukan pembidangan kerja berdasarkan kebutuhan organisasi, agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Beberapa bidang kerja dibentuk untuk mewadahi fungsi-fungsi organisasi yang disesuaikan dengan Program Kerja dan aktivitas yang akan diselenggarakan, di antaranya:

1. Administrasi dan Kesekretariatan.
Bidang ini mengelola administrasi organisasi dan sarana pendukungnya. Kegiatan surat menyurat, kesekretariatan, perencanaan pertemuan, regristerasi, inventarisasi, dokumentasi dan lain sebagainya merupakan aktivitas rutin yang dilakukan.

2. Keuangan.
Bidang ini mengelola seluruh keuangan organisasi, baik dalam penerimaan, pencatatan, penyimpanan, pengeluaran maupun distribusinya.

3. Pembinaan Anggota.
Bidang ini memiliki tugas utama untuk membina anggota agar memiliki aqidah yang kuat, ibadah benar, pemahaman Islam yang baik, berilmu, berketerampilan dan aktiv memakmurkan Masjid. Beberapa aktivitas yang dilakukan, misalnya: pengajian remaja, shalat berjama’ah, mentoring, pesantren kilat dan keterampilan berorganisasi.

4. Perpustakaan dan Informasi.
Bidang ini mengelola perpustakaan dan menyebarkan informasi khususnya kepada anggota, di antaranya melalui Majalah Dinding dan Buletin Da’wah.

5. Kesejahteraan Umat.
Bidang ini disamping beraktivitas untuk intern organisasi juga untuk kepentingan masyarakat sekitar Masjid. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain adalah membantu Pengurus Masjid dalam menyelenggarakan Shalat Jum’at, Ramadhan, Idul Fithry, Idul Adha, bakti sosial dan lain sebagainya.

6. Kewanitaan.
Bidang ini khusus menangani dan membina anggota wanita. Aktivitas dijalankan dengan menyelenggarakan: pengajian keputrian, ketrampilan wanita, pelatihan khusus wanita, diskusi, seminar, lokakarya dan lain sebagainya.

Pada masa sekarang, keberadaan Remaja Masjid semakin terasa diperlukan, terutama untuk mengorganisir kegiatan da'wah yang dilakukan oleh para remaja muslim yang memiliki keterikatan dengan Masjid. Dengan adanya Remaja Masjid, insya Allah, kreativitas remaja muslim dapat disalurkan dan dikembangkan. Selain itu, terjadinya kenakalan remaja juga dapat dikurangi. Remaja Masjid yang terorganisir dengan baik, bukan saja akan memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya, namun juga akan memberi bekal yang baik bagi masa depan mereka, terutama bekal taqwa. Sehingga, hadirnya generasi muslim yang terbaik, yang beriman, berilmu pengetahuan, beramal shalih dan mampu ber’amar ma’ruf nahi munkar, insya Allah, dapat menjadi kenyataan.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS 3:110, Ali ‘Imran)

Hati hati dengan proses pembaratan
Oleh: DR. SIDEK BABA
Islam tidak mengambil pendirian anti Barat atau pun Timur. Islam adalah agama dakwah yang mendukung nilai-nilai alamiah. Islam adalah agama rahmah untuk seluruh alam. Pengaruh Islam berada di Barat dan di Timur.
Penganut Islam merupakan penganut agama yang kedua terbesar di kebanyakan negara-negara Barat. Mengambil pendekatan anti Barat bermakna membataskan skop dakwah untuk membawa manusia kembali ke fitrah.
Di Perancis umpamanya terdapat empat cendekiawan terbilang seperti Roger Garaudy, pemikir intelektual Marxis, Maurice Bucaille, seorang pakar ilmu bedah, Jacquis Cocteu, ahli oseanografi dan Bruno Guiderdoni, pakar astrofizik terkemuka kembali kepada fitrah. Islam menjadi lebih menarik di Barat kerana ia didekati secara ilmu dan saintifik dan ia memberi tanda untuk suatu kebangkitan.
Memang benar pada hari ini Barat maju dalam sains dan teknologi. Kemajuan Barat menjadi sumber rujukan utama bagi masyarakat lain yang ingin maju dalam bidang yang sama. Kurikulum dan kaedah pengajaran dan pembelajaran sepenuhnya mengambil orientasi Barat.
Tidak salah mengambil aspek-aspek berbanding yang boleh memberi menafaat kepada kemajuan kita. Tetapi negara-negara Barat mempunyai orientasinya sendiri bertunjangkan falsafah yang jauh lebih terbuka dan tidak terikat dengan nilai-nilai agama.
Tradisi sains dalam Islam mengambil kira faktor agama. Walaupun al-Quran bukan kitab saintifik, tetapi pedoman-pedoman saintifik di dalamnya memandu tradisi keilmuan berkembang dengan mengambil kira faktor keinsanan, sains dan teknologi supaya manusia menjadi lebih manusiawi.
Para remaja Islam harus insaf bahawa ilmu itu terdapat di mana-mana, sama ada di Barat mahupun di Timur. Oleh itu adalah suatu langkah yang bijak untuk menghantar generasi muda di kalangan yang terbaik untuk menimba ilmu pengetahuan di Eropah, Amerika Syarikat, Russia, Jepun dan China supaya ilmu yang terkini di kalangan mereka dapat diambil dan dibawa kembali ke negara kita.
Usaha seperti ini penting supaya remaja Islam tidak ketinggalan mengetahui dan menguasai ilmu-ilmu terkini yang bermanfaat untuk umat Islam dan juga untuk umat manusia.
Tetapi remaja Islam harus mempunyai persiapan yang baik sebelum dan selepas menguasai ilmu-ilmu dari Barat dan Timur. Pertama fahami dulu falsafah dan tasawwur ilmu dalam tradisi Islam.
Umat Islam pernah melahirkan tamadun yang berasaskan sains, matematik, perubatan, astrofizik pada suatu ketika dulu. Para remaja tentu maklum bahawa Barat amat terhutang ilmu kepada Islam.
Para saintis Islam melakukan penerokaan saintifik yang luar biasa mendahulu orang-orang Barat dalam banyak lapangan. Ini bermakna tradisi sains Islam pernah wujud dan menjadi sumber rujukan Barat dan Timur. Ia diajar di universiti-universiti utama di Eropah untuk berabad-abad.
Memahami falsafah sains Islam adalah amat penting supaya dalam mempelajari ilmu-ilmu Barat, para remaja tidak lupa dengan sejarah dan tamadun sendiri. Menghargai tamadun sendiri menjadikan kita yakin bahawa tradisi sains Islam sentiasa menghubungkan dirinya dengan nilai dan agama.
Mengkaji fenomena yang terjadi dan faktor-faktor alamiah yang terdapat menghubungkannya sebagai ciptaan Allah. Apabila remaja meneliti dan mengkajinya secara Qurani dapat mengukuhkan lagi keimanan dan keyakinan remaja terhadap kekuasaan dan kebesaran Allah.
Kedua, para remaja harus melakukan kajian berbanding terhadap falsafah tamadun Barat dan juga falsafah tamadun Islam. Di Barat, orientasi keilmuan banyak menumpu untuk mengukuhkan faham sekular dan liberal dan sifatnya bebas nilai.
Pendekatan dalam pembangunan dan perubahan banyak memberikan tumpuan kepada asas-asas yang mekanistik dan menjadikan keupayaan teknologi dan sains sebagai segala-gala. Dalam amalan ekonomi, faham konsumerisme menjadi matlamat.
Dalam media cetak dan elektronik elemen-elemen hedonistik atau berpoya-poya sentiasa menjadi tema dalam penerbitan dan penyiaran.
Globalisasi yang sedang menyemarak pengaruhnya terhadap dunia hari ini bakal memberi kesan terhadap pola-pola kehidupan remaja. Faedah berbanding dari faktor globalisasi perlu diambil.
Dalam masa yang sama para remaja harus mempunyai daya saring yang tinggi membezakan yang bermanfaat atau sebaliknya. Tanpa asas ini globalisasi boleh menjadikan proses pembaratan terhadap umat Islam berlaku secara sistematik.
Ketiga, para remaja yang berpeluang belajar di Barat dan di Timur harus mempelajari aspek-aspek positif dalam sikap dan mentaliti mereka. Kerajinan mereka melakukan penyelidikan, menghasilkan karya-karya dan tulisan yang ilmiah, kesungguhan dalam pengurusan dan kreatif dalam penghasilan kerja seharusnya menjadi sumber teladan dan ikutan.
Ramai remaja kita yang berkesempatan belajar di Barat mengambil aspek-aspek negatif dalam kehidupan, kebudayaan dan gaya hidup Barat sehingga ada yang tercabut akar Islamnya dan menjalani hidup lepas bebas tanpa pegangan agama dan nilai-nilai murni.
Keempat, harus ada tekad dan azam di kalangan remaja Islam untuk menyesuaikan keunggulan ilmu dan teknologi yang diterima ke arah binaan acuan sendiri. Acuan sendiri mengambil kira faktor nilai dan falsafah supaya arah tuju pembinaan dan penyuburan ilmu dalam masyarakat Islam tidak mengenepikan faktor-faktor akidah, akhlak, ibadah dan syariah dalam erti kata yang luas.
Pembinaan ilmu yang integratif dalam tradisi Islam diibaratkan sebagai sebatang pokok. Akarnya diibaratkan akidah. Ilmu tanpa asas akidah akan berdiri atas asas faham sekular, rasionalisme, saintisme, liberalisme dan pragmatisme Barat menolak faktor ghaibiyyah sebagai landasan ilmu. Ilmu tanpa akidah akan kehilangan tapak untuknya berdiri.
Batang bagi pokok diibaratkan sebagai ibadah dalam maksud yang luas. Sembahyang umpamanya sering dikaitkan sebagai tiang agama. Akar tanpa batang tidak membolehkan pokok tegak dan berdiri.
Kekuatan batang menyebabkan tumbuhnya dahan. Dahan adalah cabang-cabang atau disiplin ilmu yang berbagai. Ilmu yang berkembang atas akidah dan ibadah berdiri atas nilai.
Mempelajari sains dan matematik yang terpancar dari akidah dan ibadah mendekatkan remaja dengan Allah. Inilah asas-asas syariah yang menyebabkan ilmu berkembang dalam batasan-batasan yang diredai-Nya.
Puncak dari tegaknya sebatang pokok ialah buah. Buah adalah gambaran akhlak yang ada pada remaja. Ilmu yang berupaya menampilkan akhlak remaja yang baik adalah ilmu dari dahan, batang dan akar yang mengakui kebesaran dan kekuasaan alam terhadap apa yang dicipta-Nya.
Asas ini sangat penting bagi remaja supaya ilmu tidak hanya dipelajari sekadar ilmu tetapi ilmu harus memberi guna kepada remaja supaya dengan menjadi ahli ilmu nantinya remaja akan dapat meningkatkan iman dan amal secara Islami.
Oleh itu, para remaja harus hati-hati dengan proses globalisasi dan pembaratan yang sedang berlangsung. Perancang-perancang globalisasi sudah tentu mempunyai agenda tersendiri mengenai manusia, perubahan, kemajuan dan pemodenan.
Tetapi remaja Islam harus lebih bijaksana untuk menerima sesuatu dari Barat secara melulu sebaliknya dengan kekuatan kefahaman mengenai tasawwur, sejarah dan tamadun Islam, remaja Islam akan terus terpandu untuk memanfaatkan faedah berbanding yang terbaik dari Barat dan Timur dan mengungkapnya kembali dalam acuan sendiri secara bijaksana supaya manfaatnya tidak saja menyumbang kepada pembangunan diri tetapi juga kepada negara, umat dan manusia seluruhnya.
* PROF. DR. SIDEK BABA ialah pensyarah di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), Gombak, Kuala Lumpur.


Tawuran Remaja VS Kenakalan Remaja

Dalam sebuah diskusi panel dilayar kaca baru lalu, para pakar sepakat untuk menambahkan mata pelajaran pelajaran budi pekerti. Karena musabab tawuran pelajar, atau masalah kenakalan remaja disimpulkan akibat kurangnya ditanamkan masalah ilmu budi pekerti ini. Dikesempatan lain juga sering didengar usulan untuk menambah ajaran nilai moral dan agama, sebagai jalan keluar. Pendek kata kesimpulannya dianggap generasi muda saat ini, kurang mengenal budi pekerti dan nilai moral keagamaan yang rendah.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para pakar maupun rohaniwan, yang telah berbicara tentang ini, mungkin perlu perspektif lain dalam melihat kasus seperti ini. Para pakar baik rohaniwan, tidaklah disangsikan dalam keilmuannya, ini dapat dilihat dari deretan titel ataupun isi pembicaraan nya. Malah bisa jadi diusia remaja, mereka mereka ini mungkin termasuk dalam golongan remaja alim dan baik. Hanya saja, ini pula yang terlihat dalam pemikiran mereka, kenakalan remaja dilihat secara kacamata hitam dan putih. Mereka menginginkan profil remaja yang 'baik rupa', agamis dan ideal. Wow, indah sekali :(

Berbicara masalah remaja, mungkin perlu kacamata dari sudut remaja itu sendiri, bukan dari obsesi para orang dewasa tentang dunia yang putih. Ibarat dalam kelas matematika bila ada dua anak yang tidak lulus, berarti anak itu memang salah tidak belajar. Tetapi bila lebih dari setengah kelas yang tidak lulus, hal ini menjadi berbeda. Perlu disimak kembali kwalitas sang guru, mata pelajarannya atau sarana pendukungnya. Dalam kenakalan remaja saat ini, terjadi hal yang sama. Kita perlu melihat kepada pola lingkungan masyarakat, budaya prilaku menyeluruh yang tercermin dalam kehidupan sehari hari. Kita perlu menyadari sumber bibit penyakit, bukan sekedar lari kembali kepada Tuhan belaka.

Bibit lebih dipengaruhi oleh dua faktor eksternal utama yakni gaung kemunafikan 'kenakalan orang tua' dan kwalitas dari sarana pendidikan , termasuk kwalitas si pendidik itu sendiri. Gaung kemunafikan yang bersumber dari kultur, mulai dari budaya paternalistik hingga ke politisasi agama, sebenarnya justru faktor yang perlu disimak. Kemunafikan tumbuh subur didalam masyarakat yang tengah sakit.

Masyarakat sakit, adalah masyarakat yang belum mampu menemukan eksistensi dirinya. Kita baru mampu diambang nostalgia masa masa silam. Tanpa pernah sadar, bahwa Sukarno, Hatta, Sjahrir, sebenarnya berfikir dan menulis diusia 20/30-an bukan 40-an keatas.. Mereka contoh bahwa hati remaja, sebenarnya lebih dekat kepada kejujuran. Pada zaman mereka pasti banyak orang diusia 40-an keatas yang ndablek, sama seperti hari ini. Hari ini banyak para orang 'dewasa' hanya mampu mengkritik mahasiswa atau pelajar, tanpa berani memberikan solusi yang orisinil, kecuali hidup dalam angan angan utopia dan sliweran alur pemahaman belaka.

Padahal banyak bukti sudah, bahwa kita si dewasa ternyata sebagian besar adalah opportunis, takut melawan arus hanya ingin mencari selamat diri masing masing. Pintar berkata, berbeda dalam perbuatan. Kenakalan remaja harus dilihat sebagai berontaknya alam bawah sadar remaja terhadap kemunafikan lingkungan. Jadi yang harus diberi pelajaran tambahan budi pekerti, tampaknya justru kita yang menamakan diri 'dewasa'.

Bila masyarakat kini brutal, itu tak lain adalah akumulasi menahun atas kemunafikan para pemimpinnya. Bila remaja kini brutal, itupun adalah akumulasi sikap atas kemunafikan kita para orang tua, pendidik dan lingkungan. Ini teori sebab akibat yang sederhana sebenarnya.[bersambung..]


Tidak ada komentar: